Selamat Pagi (Selalu saya ucapkan walau kondisi malam)
Salam Sejahtera
Asalamualaikum Wr. Wb.
Hari ini saya tidak masuk kuliah,
badan saya lemas, kepala saya pusing, mungkin karena aktivitas yang terlalu
dipadatkan akhirnya allah memberikan peringatan pada saya bahwa hal ini tidak
baik untuk dilakukan, begitulah kira kira cara allah memberikan pendidikannya
kepada manusia namun hal itu akan terasa bagi orang orang yang berfikir, allah
sudah sangat sering menjelaskan dalam perkataannya yang mulia itu bahwa setiap
yang ada dilangit dan dibumi ini terdapat tanda tanda kekuasaannya bagi orang
orang yang berpikir.
Berbicara mengenai pikiran,
mungkin karena sudah menjadi aktivitas rutin saya, karena tidak ngampus hari
ini, artinya saya tidak belajar secara formal bertemu dengan dosen dosen
ataupun dengan teman teman yang sedang sama sama berjuang, akhirnya saya mencobakan
diri untuk menonton televisi yang ada dikos, maklum walau saya yang mencetuskan
ide membeli televisi dikosan akhrinya saya jualah yang tak pernah menatapnya,
hal ini bukan tanpa alasan.
Televisi seharusnya adalah media
yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai sarana belajar mengajar baik secara
formal maupun non formal melalui pengajaran oleh orang tua dirumah, namun
nampaknya jika hal ini dilakukan pada pertelevisian diindonesia maka ini tidak
sangat mungkin. Mengapa ?
Bayangkan hari ini saja, saya
menonton televisi dari pukul 5.30 PM sampai dengan 6 PM, saya sudah dapat
menyimpulkan semua tontonan tontonan yang ditampilkan adalah hal hal yang hanya
bersifat emosi belaka, mulai dari acara musik hingga sandiwara para bintang
pertelevisian dimana kehidupannya sengaja ditampilkan kedalam dunia, kalaupun
itu ada yang membahas mengenai teknologi ataupun ilmu pengetahuan dikembalikan
dalam keadaan emosi dimana sering disunguhkan sebagai ajang pencarian siapa
yang paling benar dan siapa yang sebenarnya salah. Apa tidak punya rasa malu
mereka ?
Melihat tontonan yang ditampilakn
timbul perasaan yang sangat sedih saya melihatnya, bagaimana tidak televisi
adalah alat dalam proses belajar secara visual kepada seluruh dunia, tapi
mengapa materi yang disampaikan seolah olah ingin merusak pola pikir masyarakat,
supaya jika sedih dalam keadaan yang tersendu sendu atau jika dalam keadaan
gembira terlihat seperti orang yang tak pernah susah, atau jika marah seolah
bumi akan hancur di porak-porandaknnya.
Bahkan televisi mampu mencari
masa untuk memutar baiikan fakta yang sesungguhnya dan mengatur sedemikian rupa
sehingga terlihat bahwa sosok seorang presidan atau pejabat atau siapalah dia
yang seharusnya dijatuhkan menjadi benar benar terlihat bersalah. Artinya televisi
mampu mengolah hal itu?
Bukankah kita tahu, orang orang
yang berada dibalik televisi adalah orang orang yang sama seperti kita, mereka
bukanlah orang yang memegang peran sang maha benar atau mengetahui segalanya
mereka hanya manusia biasa sama seperti kita, mereka bukan tuhan yang mampu
menjalankan bumi dan isinya, angkasa raya dengan bintang bintangnya mampu
berjalan dengan seimbang atau menghancurkannya dikala waktu telah tiba
(kiamat). Pikirkan ?
Namun sebagai anak manusia yang
sangat kecil dan tidak memilki kekuasaan, materi atau apalah yang dapat
menjadikan saya mampu memegang peran roda perputaran pertelevisian apalah daya
tangan tak sampai saya hanya bisa berkoar-koar layaknya seorang pecundang yang
sok tahu, menggurui, sok berintelek melalui tulisan-tulisan yang saya ukir dari
muatan pikiran-pikiran saya.
Tidak ada komentar